google google google google google google google google google google google google google google google google google google google google google google google google google google google google google google
google

Sabtu, 23 Januari 2016

Teknik Budidaya Tanaman Vanili

Tanaman Vanili atau lebih banyak disebut Panili merupakan salah satu komoditi yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi karena ekstrak buahnya yang dikenal sebagai sumber bahan pengharum pada bahan makanan dan minuman. Namun tidak semua panili berharga “emas”, hanya yang kualitas terbaik yang akan diberikan harga istimewa. Dengan mempersembahkan pedoman Teknik budidaya tanaman Vanili dan penyediaan pupuk organik yang terbukti bagus, PT. Natural Nusantara berupaya meningkatan produksi panili secara Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian (aspek K-3).
Syarat Pertumbuhan Tanaman Vanili

Panili dapat hidup di iklim tropis, curah hujan 1000-3000 mm/tahun, cahaya matahari + 30%-50%, suhu udara optimal 200C-250C, kelembaban udara sekitar 60%-80%, ketinggian tempat 300-800 m dpl. Tanah gembur, ringan yaitu tipe tanah lempung berpasir (sandy loam) dan lempung berpasir kerikil (gravelly sandy loam), mudah menyerap air, pH tanah + 5,7 – 7
Teknis Budidaya Tanaman Vanili Teknologi NASA
PEMBIBITAN

1. Seleksi Bibit

    Jenis panili bernilai ekonomi yaitu Vanilla planifolia Andrews, Vanilla tahitensis JW. Moore, Vanilla pompana
    Syarat bibit generatif : tulen, punya sifat yang hampir sama dengan induknya; murni, biji tidak tercampur dengan yang berkualitas jelek; biji dalam kondisi segar dan sehat;
    bibit vegetatif : tanaman induk sehat dan cukup umur, sudah mengeluarkan sulur dahan yang kuat, tanaman induk belum atau jangan sampai berbuah.

2. Penyiapan Bibit

    Bibit generatif berasal dari biji yang unggul
    Bibit Vegetatif dengan stek, untuk mempercepat perakaran stek dapat direndam HORMONIK (1-2 cc/liter) kemudian dibiarkan agak layu baru ditanam dan disiram POC NASA (2-3 ttp) + HORMONIK ( 1 ttp) per 10 liter air.
    Kultur Jaringan

3. Teknik Penyemaian Benih
Bibit disemai dalam tanah berpasir supaya akar mudah tumbuh. Tempat penyemaian harus teduh.

4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Penyiraman setiap hari, tidak boleh terlalu basah. Bibit yang jelek disingkirkan. Setiap seminggu sekali semprot dengan POC NASA (2-3 tutup) + HORMONIK ( 1 tutup) per tangki (14-17 liter).

5. Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit ke lapangan tergantung asal bibit, yaitu bibit stek sekitar umur 1-2 bulan, bibit biji waktunya lama.
PENGOLAHAN MEDIA TANAM

    Pengolahan lahan dikerjakan pada pertengahan musim kemarau supaya pohon pelindung dapat ditanam, cek kondisi tanah
    Bersihkan lahan dari gulma dan dibajak.
    Buat jalur bedengan, lebar 80-120 cm dan lebar parit 30-50 cm.
    Lakukan pengapuran bila kondisi tanah terlalu asam.

PENANAMAN

    Penanaman di tengah bedengan, pola tanam monokultur
    Buat lubang tanam dekat tanaman penegak berukuran panjang, lebar dan dalam antara 20x15x10 cm, 25x20x12 cm dan 30x25x15 cm.
    Tanam stek dengan cara memasukkan 3 ruas seluruhnya ke dalam lubang secara mendatar agar akar tumbuh cepat dan sempurna
    Tutup dengan tanah galian yang dicampur dengan pupuk kandang
    Stek bibit bagian atas yang tidak terbenam dalam tanah diikat pada pohon panjatan dengan ikatan longgar.
    Waktu tanam stek bibit yang baik pada awal musim hujan. Sedangkan stek yang akan ditanam sebaiknya dibiarkan / dilayukan terlebih dahulu selama 4 – 7 hari dan pangkal stek bibit direndam dalam POC NASA / HORMONIK (1-2 cc/liter) + Natural GLIO untuk menghindari pembusukan.

PEMELIHARAAN TANAMAN

    Penyulaman
    Lakukan pengecekan setelah umur 2-3 minggu setelah tanam, apabila ada stek yang tumbuh kurang baik, segera disulam.
    Penyiangan dan Pembubunan
    Penyiangan dilakukan sebulan sekali sesudah penanaman sampai pertumbuhan panili tidak kerdil dan terlambat. Pembubunan bersamaan dengan penyiangan untuk menjaga bedengan tetap rapi dan tanah tetap gembur agar air mudah terserap.
    Perempelan
        Perempelan bentuk, memotong 15 cm dari tanaman yang dilengkungkan dan sisakan 3 cabang terbaik untuk dipelihara agar terbentuk kerangka tanaman kuat dan seimbang
        Perempelan produksi, memotong pucuk sepanjang 10-15 cm menjelang musim berbunga dan saat berbuah untuk merangsang pertumbuhan generatif terutama pertumbuhan bunga dan buah
        Perempelan peremajaan, memotong cabang-cabang yang sudah pernah berbuah dan cabang-cabang yang sakit.
    Pemupukan
        Tebar pupuk makro di sekitar pohon dan timbun dengan tanah karena sistem perakaran panili cukup dangkal. Kebutuhan pupuk makro per ha per tahun adalah Urea 8 kg, TSP 4 kg, KCl 14 kg, CaCO3 5 – 10 kg, MgSO4 H2O 2,5 – 5 kg/ha/tahun dan pupuk kandang 10-20 kg/pohon/tahun.
        Pemupukan diberikan setahun sekali. Akan lebih baik jika dikocor dengan SUPER NASA dosis + 0,5 sdm / 5 lt air per pohon setiap 3 bulan sekali dan penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup/tangki setiap 2 – 4 minggu sekali atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 2-4 minggu sekali.
    Pengairan dan Penyiraman
    Tanaman panili tidak tahan terhadap kekeringan sehingga pada musim kemarau perlu disiram secukupnya untuk merangsang pertumbuhan tanaman, perkembangan bunga serta buah.
    Pemberian Mulsa & Pendangiran
    Pemberian mulsa dapat dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan pendangiran. Bahan mulsa dari hasil pemangkasan pohon pelindung, tetapi bisa juga serbuk gergaji yang diletakkan di atas permukaan tanah dekat pohon panili.
    Perambatan
        Sistem pagar sulur-sulur, tanaman panili dibiarkan menjalar pada pagar yang telah dipasang secara horisontal. Pagar tempat menjalarnya panili dapat dibuat dari bambu yang diikatkan pada pohon yang satu dengan pohon yang lain.
        Sistem perambatan penunjang tunggal, tanaman panili dirambatkan lurus ke atas pada naungannya.
    Pemangkasan Pohon Pelindung
    Pohon pelindung dapat digunakan Glyricidia maculate, lamtoro dan dadap. Pemangkasan cabang dilakukan untuk mempertahankan agar tetap teduh, mempermudah sistem sirkulasi dan mengatur intensitas sinar matahari.
    Pembungaan dan Penyerbukan
    Panili berbunga setelah berumur 1,5-3 tahun, bunga yang muncul berupa dompolan dan akan mekar satu bunga secara bergantian. Mekarnya bunga hanya berlangsung 12 jam, yaitu mulai pukul 24:00 sampai menjelang tengah hari, sesudah itu bunga mulai layu dan mati. Oleh karena itu penyerbukan bunga dilakukan sekitar pukul 08:00 sampai 10:00. Penyerbukan buatan pada prinsipnya adalah mengangkat/memotong bibir yang membatasi kepala sari dan kepala putik, kemudian benang sari ditekan ke kepala putik untuk dilakukan penyerbukan. Seminggu setelah penyerbukan semprot dengan dosis POC NASA (3-4 tutup) dan HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 2-3 minggu sekali.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

a. Hama

    Bekicot
    Menyerang dan merusak batang, bunga dan buah. Aktifitasnya dilakukan pada malam hari. Pengendalian: secara manual dengan mengambil dan mengumpulkan bekicot satu persatu kemudian dibakar sekaligus dalam satu lubang.
    Belalang pedang
    Merusak/memakan daun muda dan batang panili. Pengendalian: menyemprotkan PESTONA atau Natural BVR
    Penggerek batang
    Larva hama ini merusak/menggerek batang tanaman panili yang menyebabkan tanaman panili lambat laun layu dan mati. Pengendalian penyemprotan PESTONA
    Ulat bulu jambul dan ulat geni
    Merusak bagian pucuk, daun, batang dan bunga. Pengendalian: penyemprotan PESTONA

b. Penyakit

    Busuk akar
    Gejala: akar hitam, tanaman menjadi kecoklat-coklatan dan akhirnya mati; biasanya terjadi pada saat produksi tertinggi pertama kali tercapai. Pengendalian: menjaga kesuburan tanah dengan pemupukan, pemberian kapur secukupnya, dan mengatur kelembaban , pencegahan diawal dengan Natural GLIO.
    Busuk batang
    Penyebab: jamur Fusarium batatatis. Gejala: pada batang terjadi bercak-bercak berwarna hitam yang akan meluas dan melingkar dengan cepat. Batang terserang akan keriput, berwarna coklat dan akhirnya kering. Pengendalian: mengurangi kelembaban dan drainase yang baik, saat stek akan ditanam dicelup dalam POC NASA + Natural GLIO.
    Busuk buah
    Ditemukan pada buah panili muda. Gejala: muncul bila menyerang pangkal buah muda sehingga banyak buah yang berguguran dan bila menyerang tengah buah akan hitam, kering selanjutnya mati. Pengendalian: penyemprotan Natural GLIO + gula pasir dosis 1-2 sendok teh per 10 liter air.
    Busuk pangkal batang
    Penyebab: Jamur Sclerotium sp. Gejala: pangkal batang tampak berwarna coklat dan kebasah-basahan, bagian tanaman yang diserang dan tanah sekitar terdapat misellium jamur berwarna putih seperti bulu dengan banyak sclerotium warna coklat. Pengendalian: gunakan bibit bebas busuk pangkal batang, penyemprotan Natural GLIO + gula pasir.
    Bercak coklat pada buah
    Penyebab: oleh cendawan Phytophthora sp. dan menyerang buah panili yang hampir masak. Gejala: bercak-bercak coklat tua dan akhirnya busuk. Pengendalian: (1) segera petik buah terserang kemudian membakarnya; (2) penyemprotan dengan Natural GLIO dosis 1-2 sendok/10 liter air.
    Bercak coklat pada batang
    Penyebab: cendawan Nectria vanilla, zimm. Gejala: batang tampak bercak coklat yang lama-kelamaan menghitam dan melingkar ruas dan mati. Pengendalian: potong dan bakar batang yang terserang.
    Antraknosa
    Penyebab: jamur Calospora vanillae, Mass. Gejala: batang, daun, buah berwarna coklat muda kekuningan tampak licin dan terlihat jelas bagian terserang dan tidak. Pengendalian: Potong dan bakar bagian terserang, atur kelembaban dan drainase.
    Karat merah
    Penyebab: Ganggang Cephaleuros heningsii, Schm. Gejala: bercak pada daun dan terus meluas hingga daun kering selanjutnya mati. Pengendalian: Singkirkan bagian terserang dan atur kelembaban kebun dengan pemangkasan pohon pelindung.
    Penyakit pascapanen
    Penyebab penyakit yang menyerang panili setelah dipanen : jamur Aspergillus, Penicillium, Rhizopus, sp dan Sclerotium, sp. Pengendalian: penanganan pasca panen yang baik.

Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum dapat mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dn tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dosis 1-2 tutup/tangki.
PANEN DAN PASCA PANEN

    Pemetikan pada umur 240 hari (8 bulan) akan menghasilkan panili kering dengan kadar vanillin yang tinggi, kadar abu terendah, rendemen tertinggi dan kadar air yang aman
    Ciri-ciri panili siap dipanen yaitu warna berubah dari hijau tua mengkilap menjadi hijau muda suram dengan garis-garis kecil warna kuning yang lambat laun melebar sampai ujung buah
    Musim panen antara bulan Mei sampai Juli, sekitar 2 – 3 bulan
    Cara panen yang terbaik adalah memetik satu-persatu buah masak tanpa mengganggu buah lain dalam satu tandan yang masih mentah untuk menjaga mutu panili.
    Buah dikumpulkan dalam keranjang bambu dan dijaga agar buah tidak terluka atau cacat dan sortir berdasar ukuran, bentuk, tingkat kemasakan dan buah yang cacat >20 cm
    Lakukan pelayuan untuk menghentikan proses respirasi yang terjadi dalam buah, mematikan sel-sel buah panili tanpa mengurangi aktifitas dan kadar enzim dalam buah. Proses pelayuan dengan menggunakan alat perebus yang diisi air ¾ bagian dengan suhu antara 65-950 C
    Lakukan pemeraman dalam kotak khusus yang lengkap dengan tutup dan karung goni sebagai alasnya, utuk pembentukan aroma selama + 48 jam
    Lakukan pengeringan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari, dioven dan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar air hingga 25-30 %
    Tempatkan buah panili kering dalam kotak yang dalamnya telah dilapisi kertas koran/karung plastik tipis dan simpan pada suhu kamar, siap dikirim dan dijual.

Itulah beberapa hal teknis yang perlu diperhatikan dalam Teknik Budidaya Tanaman Vanili untuk mencapai Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian.

FERMENTASI-PAKAN-SAPI DAN DOMBA

BETERNAK TANPA HARUS NGARIT TERUS MENERUS
FERMENTASI-PAKAN-SAPI


PROBIOTIK TANGGUH merupakan Formula khusus untuk proses fermentasi pakan ternak yang dibuat dari bahan-bahan organik murni sesuai anjuran dunia untuk kembali ke alam, dengan fungsi utama menghasilkan pakan fermentasi yang berkualitas dengan meningkatkan gizi, cita rasa, dan palatabilitas (tingkat kesukaan ternak).

DOSIS PROBIOTIK TANGGUH :
Ternak : 2 tutup botol (plus minus 20cc) TANGGUH per-5 liter air untuk 100 kg (1 kwintal) pakan ternak atau hijauan

KANDUNGAN PROBIOTIK TANGGUH :
Lactobacillus sp. : 2,5 x 107 cfu/ml
Azotobacter sp. : 1,31 x 106 cfu/ml
Streptomyces sp. : 2,42 x 106 cfu/ml
Saccharomyces sp : 8,20 x 107 cfu/ml
Aspergillus sp. : 1,90 x 105 cfu/ml
Trichoderma sp. : 2,8 x 105 cfu/ml
pH : 5,0
FUNGSI :
Penambat nitrogen : Positif
Pelarut Fosfat : Positif
Penghasil Fitohormon : Positif
Perombak Bahan Organik :
a. Perombak Selulosa : Positif.
b. Perombak Lignin : Positif

Cara Pembuatan Pakan Fermentasi
• Siapkan Jerami, pelepah/debog pisang/daun karet kering/pelepahsawit priningan dan sebagainya plastik atau terpal untuk alas, siapkan air, siapkan PROBIOTIK TANGGUH, Siapkan Bekatul dan tempat untuk proses fermentasi yaitu bisa dengan terpal ,dream plastik atau tempat lain yang dapat ditutup rapat
• Tumpuk atau susun jerami kering sampai kira-kira ketebalan 20-30cm, yang sebelumnya sudah dipotong-potong ukuran 2-4 cm kemudian siram dengan air yang sudah dicampur PROBIOTIK TANGGUH (takaran 5 tutup / 15 liter air) sampai kira-kira kadar air 60%, taburi bekatul di atas tumpukan jerami secara halus dan merata, tumpuk lagi jerami di lapisan atasnya dan perlakukan sama dengan perlakuan sebelumnya. Demikian seterusnya sampai pada ketinggian tumpukan jerami sesuai yang dikehendaki.
Langkah selanjutnya tutup rapat tumpukan jerami tersebut 1-3 hari.
Setelah itu tumpukan jerami yang ditutup, dibuka dan diangin-anginkan sebentar agar DINGIN sebelum diberikan untuk pakan ternak. Simpan di tempat yang teduh (terhindar dari sinar matahari dan air hujan) untuk persediaan pakan ternak sampai dengan berbulan-bulan
biasanya diawal sapi atau ternak tidak suka atau doyan , karena maklum baunya belum familier . agar bau familier bisanya kita lakukan treatmen ambil 1 tutup viterna + 1/2 tutup tangguh probiotik lalu dicangak atau langsung diminumkan keternak. setelah itu biasanya baru mau makan pakan fermentasi yg kita buat.
• Kelebihan proses fermentasi jerami padi dengan PROBIOTIK TANGGUH, hanya memerlukan waktu sehari (1x24jam) sehingga ternak dan peternak tidak REPOT menunggu terlalu LAMA untuk pemberian pakan ternaknya
• Untuk 5 tutup botol PROBIOTIK TANGGUH dan 3 tutup botol VITERNA (dengan pencampuran air 15-35 liter air) dapat digunakan mem-fermentasi jerami kurang lebih 2-3 kwintal,
INFO / KONSULTASI :
TELP - SMS :085727113112 - 085293334567
WA : +6289650691292

Selasa, 19 Januari 2016

Teknik Budidaya Ikan Bandeng

Ikan bandeng termasuk golongan ikan herbivora, yaitu bangsa ikan yang mengkonsumsi tumbuhan. Bandeng merupakan adalah satu jenis ikan penghasil protein hewani yang tinggi. Dengan teknik budidaya Bandeng yang intensif, dalam usia kurang lebih 6 bulan mampu mencapai berat rata-rata 0,6. Intensifikasi dalam budidaya bandeng perlu dilakukan karena tingkat produktivitas bandeng dengan cara budidaya tradisional sangat rendah. Peningkatan teknis budidaya juga harus diikuti dengan penggunaan teknologi baru. PT. NATURAL NUSANTARA memberikan teknologi yang diperlukan dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan).
Teknis Budidaya Bandeng Teknologi Nasa
I. Penyediaan Benih Bandeng

Usaha penyediaan benih (nener) secara kontinyu dengan mutu yang baik dilakukan dengan sistem pembenihan yang intensif pada kolam-kolam khusus, yaitu kolam pematangan induk, pemijahan, peneneran dan kolam pembsaran. Dalam pembenihan bandeng langkah yang dilakukan adalah :

1. Pemilihan induk yang unggul. Induk bandeng yang unggul akan menurunkan sifat-sifatnya kepada keturunannya, Ciri-ciri induk bandeng unggul :

    bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal.
    ukuran kepala relatif kecil, diantara satu peranakan pertumbuhannya paling cepat.
    susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka.
    gerakan lincah dan normal.
    umur antara 4 5 tahun.

2. Merangsang pemijahan. Kematangan gonad dapat dipercepat dengan penggunaan hormone LHRH (Letuizing Hormon Releasing Hormon) melalui suntikan.

3. Memijahkan. Pemijahan adalah pencampuran induk jantan dan berina yang telah matang sel sperma dan sel telurnya agar terjadi pengeluaran (ejakulasi) kedua sel tersebut. Setelah berada di air, sel sperma akan membuahi sel telur karena sistem pembuahan ikan terjadi diluar tubuh. Pemijahan dilakukan pada kolam khusus pemijahan

4. Penetasan. Telur yang mengapung di kolam pemijahan menetas setelah 24 – 26 jam dari awal pemijahan. Telur yang telah menetas akan menjadi larva yang masih mempunyai cadangan makanan dari kuning telur induk, sehingga belum perlu diberi pakan hingga umur 2 hari.

5. Merawat benih. Setelah berumur 9 hari larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan nener. Di kolam ini larva diberi pakan alami berupa plankton. Penumbuhan plankton dilakukan dengan pemupukan dan pengapuran. Pemupukan yang tepat adalah dengan TON Pupuk Tambak Organik yang mengandung berbagai unsur mineral penting untuk pertumbuhan plankton, diantaranya N,P,K,Mg, Ca, Mg, S, Cl dan lain-lain, juga dilengkapi dengan asam humat dan vulvat yang mempu memperbaiki tekstur dan meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 pada tiap pemasukan air. Waktu peneneran 8 minggu. Pakan yang diberikan berupa tepung dengan kadar protein 30%. Untuk menambah nutrisi pakan pencampuiran pakan dengan VITERNA Plus dan POC NASA dengan dosis 2 – 5 /kg pakan sangat diperlukan, karena VITERNA Plus dan POC NASA mengandung unsur-unsur mineral penting yaitu N,P,K,Mg,Fe,Ca,S dan lain-lain, vitamin, protein dan lemak untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan nener.
II. Pembesaran Bandeng

Setelah dipelihara di kolam peneneran selama 8 minggu, bandeng dipindahkan ke kolam pembesaran. Teknis pembesaran bandeng meliputi beberapa hal, yaitu :

1. Persiapan lahan. Tahap ini dilakukan sebelum pemasukan air. kegiatan yang dilakukan selama persiapan lahan adalah :

    Pencangkulan dan pembalikan tanah. Bertujuan untuk membebaskan senyawa dan gas beracun sisa budidaya hasil dekomposisi bahan organik baik dari pakan maupun dari kotoran. Selain itu dengan menjadi gemburnya tanah, aerasi akan berjalan dengan baik sehingga kesuburan lahan akan meningkat.
    Pengapuran. Selama budidaya, ikan memerlukan kondisi keasaman yang stabil yaitu pada pH 7 – 8. Untuk mengembalikan keasaman tanah pada kondisi tersebut, dilakukan pengapuran karena penimbunan dan pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah. Pengapuran juga menyebabkan bakteri dan jamur pembawa penyakit mati karena sulit dapat hidup pada pH tersebut. Pengapuran dengan kapur tohor, dolomit atau zeolit dengan dosis 1 TON /ha atau 10 kg/100 m2.
    Pemupukan. Fungsi utama pemupukan adalah memberikan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan pakan alami, memperbaiki struktur tanah dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang tidak kedap air (porous). Penggunaan TON untuk pemupukan tanah dasar kolam sangat tepat, karena TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, dan asam-asam organik utama memberikan bahan-bahan yang diperlukan untuk peningkatan kesuburan lahan dan pertumbuhan plankton. Dosis pemupukan TON adalah 5 botol/ha atau 25 gr/100 m2.
    Pengelolaan air. setelah dilakukan pemupukan dengan TON, air dimasukkan hingga setinggi 10 – 20 cm kemudian dibiarkan beberapa hari, untuk menumbuhkan bibit-bibit plankton. Air dimasukkan hingga setinggi 80 cm atau menyesuaikan dengan kedalaman kolam.

2. Pemindahan nener. Setelah plankton tumbuh (warna air hijau) dan kecerahan sedalam 30 – 40 cm, nener di kolam peneneran dipindahkan ke kolam pembesaran dengan hati-hati dengan adaptasi terhadap lingkungan yang baru.

3. Pemberian Pakan. Sesuai dengan sifat bandeng yang termasuk hewan herbivore, maka ikan ini suka memakan tumbuh-tumbuhan yang ada di kolam. Tumbuhan yang disukai bandeng adalah lumut, ganggang dan klekap. Untuk mempercepat pertumbuhan, perlu pakan buatan pabrik, dengan standar nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh optimal dengan kadar protein .minimal 25 – 28 %.

Sebagai hewan herbivora, unsur tumbuhan dalam pakan memang sangat penting,. Oleh karena itu, sebaiknya bahan baku unsur protein harus didominasi dari sumber tumbuhan atau nabati dari tepung kedelai atau bungkil kacang tanah. Sebagai acuan pemberian pakan adalah : Jumlah pakan 5 – 7% dari berat badan. Waktu pemberian 3 – 5 kali sehari.

Penambahan VITERNA Plus dan POC NASA pada pakan buatan merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh bandeng. VITERNA Plus dan POC NASA mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin akan menambah kandungan nutrisi pakan. Dosis pencampuran VITERNA Plus dan POC NASA dengan pakan buatan adalah 2 – 5 cc/kg pakan dengan cara :

    Timbang pakan sesuai dengan kebutuhan bandeng.
    Basahi pakan dengan sedikit air agar pencampuran dengan VITERNA Plus dan POC NASA dapat merata.
    Campurkan VITERNA Plus dan POC NASA sesuai jumlah pakan yang diberikan dengan dosis 2 – 5 cc/kg pakan.
    Pakan siap untuk diberikan.

Pemberian pakan dengan menyebarkan secara merata pada seluruh areal kolam, agar seluruh bandeng dapat pakan.
III. Pengendalian hama dan Penyakit pada Bandeng

Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah :

    Pembusukan sirip, disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi.
    Vibriosis. Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan.
    Penyakit oleh Protozoa. Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir.
    Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir.

Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan dari aliran sungai. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya. Maka cara pengendalian penyakit harus menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. Untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan dapat dilakukan perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur mineral dan asam-asam organik penting yang mampu menetralkan berbagai gas berbahaya hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan menyuburkan plankton sebagai pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan pakan dengan standar protein yang sesuai serta dengan penambahan/pencampuran VITERNA Plus dan POC NASA pada pakan buatan. VITERNA Plus dan POC NASA dengan kandungan mineral-mineral penting, vitamin, asam organic, protein dan lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan, sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan berkembang selalu tercukupi.

Itulah faktor-faktor penting dalam teknik budidaya bandeng persembahan PT Natural Nusantara dengan harapan mampu meningkatkan hasil panen dan ramah lingkungan.

Teknik Budidaya Domba / Kambing

Peternakan kambing dan domba Potong di Indonesia sebagian besar masih berskala kecil sehingga perlu diusahakan secara komersial dan intensif. Hal ini diperlukan karena adanya pertambahan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya sekitar 1,24% dan semakin meningkatnya daya beli masyarakat. Kebutuhan daging selama ini belum mencukupi permintaan, ± 400.000 ton/tahun, sehingga masih mengandalkan impor daging. PT. Natural Nusantara  dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) berupaya menbantu budidaya kambing dan domba potong dengan sasaran peningkatan kualitas dan kuantitas daging.
Jenis-jenis kambing dan domba potong

    Kambing kacang
    Cirinya adalah badannya kecil dan relatif pendek, telinga pendek dan tegak, jantan dan betina memiliki tanduk, leher pendek dan punggung meninggi, warna bulu bervariasi, ada yang hitam, coklat, merah atau belang hitam-putih.
    Kambing Peranakan Etawa (PE)
    Sasaran utama dari kambing PE pada dasarnya adalah penghasil susu, tetapi dapat digunakan juga sebagai penghasil daging, terutama setelah masa afkir. Ciri dari kambing ini adalah bagian hidung ke atas melengkung, panjang telinga antara 15-30 cm, menggantung ke bawah dan sedikit kaku, warna bulu bervariasi antara hitam dan coklat, memiliki bulu tebal dan agak panjang dibawah leher dan pundak (jantan), di bagian bawah ekor (betina)
    Domba Ekor Gemuk
    Memiliki ciri bentuk ekor yang panjang, tebal, besar dan semakin ke ujung makin kecil; tidak mempunyai tanduk; sebagian besar bewarna putih, tetapi ada anaknya yang bewarna hitam atau kecoklatan
    Domba Ekor Tipis
    Memiliki ciri tubuh yang kecil, ekor relatif kecil dan tipis, bulu bewarna putih, tidak bertanduk (betina), bertanduk kecil dan melingkar (jantan).

Penggemukan

Penggemukan kambing/Domba adalah pemeliharaan kambing/domba dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan barata badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan)

Pemilihan bibit

Bibit bakalan yang baik untuk pengggemukan adalah sebagai berikut :

    Umur antara 8 bulan – 1 tahun
    Ukuran badan normal, sehat, bulu bersih dan mengkilap, garis punggung dan pinggang lurus
    Keempat kaki lurus, kokoh dan tumit terlihat tinggi
    Tidak ada cacat pada bagian tubuhnya, tidak buta
    Hidung bersih, mata tajam dan bersih serta anus  bersih

Tata Laksana Pemeliharaan
A. Perkandangan

Pada umumnya tipe kandang pada ternak Kado adalah berbentuk panggung, konstruksinya dibuat panggung atau di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung kotoran. Adanya kolong dapat menghindari kebecekan dan kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar penyakit. Lantai kandang ditinggikan antara 0,5 – 2 m. Bak pakan dapat ditempelkan pada dinding. Ketinggian bak pakan untuk kambing dan domba berbeda. Bak pakan untuk kambing dibuat agak tinggi, kira-kira sebahunya karena kebiasaan kambing memakan daun-daun perdu. Untuk Domba, dasar bak pakan horizontal dengan lantai kandang karena kebiasaan domba merumput. Lantai kandang dibuat dari kayu papan atau belahan bambu yang disusun dengan jarak 2-3 cm. Dengan demikian, kotoran dan air kencing mudah jatuh pada kolong, sementara tracak/kaki kado tidak terpelosok/terjepit.

Ukuran Kandang :

    Anak : 1 X 1,2 m /2 ekor (lepas sapih),
    Jantan dewasa : 1,2 X 1,2 m/ ekor
    Dara/ Betina dewasa :1 X 1,2 m /ekor
    Induk dan anak 1,5 X 1,5 m/induk + 2 anak

Dasar kolong kandang digali sedalam ±20 cm dibagian pinggirnya dan 30-50 cm pada bagian tengah serta dibuatkan saluran yang menuju bak penampung kotoran. Kotoran kemudian dapat diproses untuk menjadi pupuk kandang. Jagalah selalu kebersihan kandang.
B. Pakan

Pakan utama yang umum diberikan berupa hijauan segar, seperti rumput, legum(daun lamtoro dan turi, dll) atau aneka hijauan (daun singkong (protein cukup tinggi), daun nangka dan daun pepaya). Khusus legume dan aneka hijauan sebelum diberi pada ternak sebaiknya dilayukan terlebih dahulu 2-3 jam dibawah terik matahari untuk menghilangkan racun yang ada dalam hijauan tersebut.

Selain pakan hijauan, dapat juga ditambah dengan pakan padat /konsentrat. Jenis yang dapat digunakan adalah bekatul, ampas tahu, ketela pohon (dicacah dahulu). Jenis pakan tersebut mudah dan murah dibeli dengan sumbangan yang cukup lumayan untuk kebutuhan nutrisinya. Kebutuhan setiap ekor kira-kira 3 kg per hari dengan komposisi 40% berkatul 40% ampas tahu dan 20% ketela pohon.

Teknik pemberian konsentrat disarankan jangan bersamaan dengan hijauan,  karena pakan ini mempunyai daya cerna dan kandungan nutrisi yang berbeda dengan hijauan.  Jumlah pemberian konsentrat sekitar 1 kg/ekor/hari.

Contoh Pola Pemberian Pakan
Catatan: Pemberian konsentrat disarankan diberikan saat kambing atau domba sudah banyak mengkonsumsi hijauan, tetapi belum terlihat kenyang.

Selain pemberian rumput dan konsentrat, masih dibutuhkan pakan pelengkap yang mengandung gizi ternak lengkap yang belum terdapat pada hijauan dan konsentrat untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi ternak.  Sehingga tujuan atau target dari budidaya ternak yaitu memiliki ternak dengan pertumbuhan optimal dan sehat dapat tercapai. Sebagai pakan pelengkap maka PT. Natural Nusantara mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus, POC NASA dan HORMONIK. Produk ini menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh Kambing/Domba, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.

VITERNA Plus, POC NASA dan HORMONIK mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :

    Asam-asam amino esensial, yaitu Arginin, Hiistidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh, pembentuk sel dan organ tubuh.
    Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh kambing/domba dari serangan penyakit.
    Mineral-mineral lengkap yaitu N, P, K,  Ca, mg , Cl dan lain-lain sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim untuk memperlancar proses metabolisme  dalam tubuh.

Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran pakan konsentrat. Ketiga produk NASA tersebut masing-masing satu botol dicampurkan menjadi satu larutan dahulu sebagai larutan induk. Dosis pemakaian : ±10  cc atau 1 tutup botol campuran ketiga produk NASA tersebut  diberikan perekor/hari.

Keunggulan dan Manfaat dari Penggunaan produk NASA pada penggemukan kambing domba adalah :

    Berasal dari bahan alami/organik, bukan dari bahan-bahan kimia atau sintetik
    Merupakan pakan tambahan yang berperan sebagai sumber protein, mineral dan vitamin.
    Mampu menggantikan pemberian vitamin dan mineral kimia/sintetik
    Meningkatkan nafsu makan
    Mempercepat adaptasi kambing/domba terhadap pakan, pada saat pertama kali masuk kandang.
    Mengurangi kestresan pada kambing/domba, baik pada saat masuk kandang pertama kali, setelah kambing-domba divaksinasi atau saat kambing-domba dalam proses pengobatan
    Mempercepat pertumbuhan kambing/domba
    Mengurangi bau kotoran
    Meningkatkan kesehatan kambing/domba
    Meningkatkan kualitas daging kambing/domba dengan warna lebih merah, padat dan rendah lemak.

C.Tata laksana Reproduksi

Tata laksana reproduksi meliputi :

– Dengan pengelolaan yang baik kambing/domba  dapat  melahirkan 7 bulan sekali.
– Perkawinan kembali setelah melahirkan 1bulan kemudian.
– Penyapihan anak dilaksanakan pada 3 – 4 bulan.
– Umur dewasa kelamin 8 – 10 bulan
– Siklus birahi 17 – 21 hari
– Lama birahi 24 – 40 jam, bila birahi pagi maka sore atau esok harinya harus dikawinkan
– Masa kebuntingan : 5 bulan.
D. Pengendalian Penyakit

Tindakan pertama yang dilakukan pada usaha pemeliharaan Kado adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit pada ternak. Beberapa langkah pencegahan adalah sebagai berikut :

    Lahan yang digunakan untuk memelihara Kado harus bebas dari penyakit menular.
    Kandang Kado harus kuat, aman dan bebas penyakit. Apabila digunakan kandang bekas kado yang telah terserang penyakit, kandang cukup dicucihamakan dengan disinfektan, kemudian dibiarkan beberapa saat. Apabila kandang tersebut bekas kado sehat cukup dicuci dengan air biasa.
    Kado yang baru masuk sebaiknya dimasukkan  ke kandang karantina dulu dengan perlakuan khusus. Ternak yang diduga bulunya membawa penyakit sebaiknya dimandikan dan digosok dengan larutan sabun karbol, Neguvon, Bacticol Pour, Triatex atau Granade 5% EC dengan konsentrasi 4,5 gram/3 liter air. Untuk membasmi kutu, Kado dapat juga dimandikan larutan Asuntol  berkonsentrasi 3-6 gram/3 liter air.
    Kandang dan lingkungan tidak boleh lembap dan bebas dari genangan air. Kelembapan yang tinggi dan genangan air mengakibatkan perkembangan nyamuk atau hewan sejenis yang menggigit dan menghisap darak ternak.
    Dilakukan vaksinasi secara teratur. Vaksinasi bertujuan untuk mencegah terjangkitnya penyakit oleh Virus.

Beberapa  penyakit  yang  dapat   menyerang   Kado   adalah: 1) Penyakit parasit (kudis, kutu, cacingan); 2) Penyakit Bakterial (Antarks, Cacar mulut, Busuk Kuku); 3) Penyakit Virus (Orf); 4) Penyakit lain (Keracunan sianida, Kembung Perut, Keguguran). Hal penting dalam pengendalian penyakit adalah meningkatkan kesehatan ternak dan kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya serta monitoring/pengamatan yang kontinyu pada ternak sehingga apabila terdapat gejala penyakit, segera dapat diketahui jenis penyakit tersebut dan cara pencegahan dan pengobatannya.

Teknik Budidaya Sapi Potong

Usaha peternakan budidaya sapi potong sebagian besar masih dilakukan dengan pola tradisional dan dalam skala usaha sambilan. Hal tersebut disebabkan karena besarnya nilai investasi apabila dilakukan dalam skala besar dan cara modern. Sebenarnya dengan skala kecil saja bisa mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit apabila dilakukan dengan prinsip budidaya ternak modern. PT NATURAL NUSANTARA selalu berupaya membantu budidaya penggemukan sapi potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil tanpa mengesampingkan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan).
I. Penggemukan Sapi Potong

Penggemukan sapi potong yaitu pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (berkisar antara 3-5 bulan).

Hal-hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong

Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

    Sapi Bali.
    Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.
    Sapi Ongole.
    Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.
    Sapi Brahman.
    Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.
    Sapi Madura.
    Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.
    Sapi Limousin.
    Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik

2. Pemilihan Bakalan

Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :

    Berumur di atas 2,5 tahun.
    Jenis kelamin jantan.
    Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
    Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit).
    Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
    Kotoran normal

II. Teknik Pemeliharaan Sapi Potong

2.1. Perkandangan

Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

2.2. Pakan

Berdasarkan kondisi fisiologis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.

Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan.

Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.

Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.

Oleh karena itu PT NATURAL NUSANTARA mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus, POC NASA, dan HORMONIK. Produk ini, khususnya produk VITERNA Plus menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.

VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :

    Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl dan lain-lain.
    Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh.
    Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit.
    Asam – asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam butirat.

Sementara pemberian Pupuk Organik Cair NASA yang mengandung berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan bobot harian sapi, meningkatkan ketahanan tubuh ternak, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran.

Sedangkan HORMONIK lebih berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh bagi ternak. Di mana formula ini akan sangat membantu meningkatkan pertumbuhan ternak secara keseluruhan.

Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran pakan konsentrat. Caranya sebagai berikut :

    Campurkan 1 botol VITERNA Plus (500 cc) dan 1 botol POC NASA (500 cc) ke dalam sebuah wadah khusus.
    Tambahkan ke dalam larutan campuran tersebut dengan 20 cc HORMONIK. Aduk atau kocok hingga tercampur secara merata.
    Selanjutnya berikan kepada ternak sapi dengan dosis 10 cc per ekor. Interval 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.

2.3. Pengendalian Penyakit

Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :

    Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
    Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
    Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.
    Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

III. Produksi Daging

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah:

    Pakan. Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
    Faktor Genetik. Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
    Jenis Kelamin. Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.
    Manajemen. Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

Itulah beberapa hal penting dalam Teknik Budidaya Sapi Potong dari PT Natural Nusantara yang memperhatikan prinsip Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan.

Minggu, 17 Januari 2016

CARA PEMBUATAN PAKAN FERMENTASI UNTUK SAPI DAN KAMBING

TANGGUH PROBIOTIK adalah Pelengkap untuk fermentasi pakan ternak yang bisa dipadukan dengan VITERNA Plus untuk membuat fermentasi pakan sapi atau ternak sejenis dalam skala kecil maupun besar sehingga pakan ternak akan terus tercukupi meski dalam situasi musim kemarau yang sulit untuk mendapatkan pakan hijauan.

FERMENTASI-PAKAN-SAPI

PROBIOTIK TANGGUH merupakan Formula khusus untuk proses fermentasi pakan ternak yang dibuat dari bahan-bahan organik murni sesuai anjuran dunia untuk kembali ke alam, dengan fungsi utama menghasilkan pakan fermentasi yang berkualitas dengan meningkatkan gizi, cita rasa, dan palatabilitas (tingkat kesukaan ternak).

DOSIS PROBIOTIK TANGGUH :
Ternak : 2 tutup botol (plus minus 20cc) TANGGUH per-5 liter air untuk 100 kg (1 kwintal) pakan ternak atau hijauan

KANDUNGAN PROBIOTIK TANGGUH :
Lactobacillus sp. : 2,5 x 107 cfu/ml
Azotobacter sp. : 1,31 x 106 cfu/ml
Streptomyces sp. : 2,42 x 106 cfu/ml
Saccharomyces sp : 8,20 x 107 cfu/ml
Aspergillus sp. : 1,90 x 105 cfu/ml
Trichoderma sp. : 2,8 x 105 cfu/ml
pH : 5,0
FUNGSI :
Penambat nitrogen : Positif
Pelarut Fosfat : Positif
Penghasil Fitohormon : Positif
Perombak Bahan Organik :
a. Perombak Selulosa : Positif.
b. Perombak Lignin : Positif

Cara Pembuatan Pakan Fermentasi
• Siapkan Jerami, pelepah/debog pisang/daun karet kering/pelepahsawit priningan dan sebagainya plastik atau terpal untuk alas, siapkan air, siapkan PROBIOTIK TANGGUH, Siapkan Bekatul dan tempat untuk proses fermentasi yaitu bisa dengan terpal ,dream plastik atau tempat lain yang dapat ditutup rapat
• Tumpuk atau susun jerami kering sampai kira-kira ketebalan 20-30cm, yang sebelumnya sudah dipotong-potong ukuran 2-4 cm kemudian siram dengan air yang sudah dicampur PROBIOTIK TANGGUH (takaran 5 tutup / 15 liter air) sampai kira-kira kadar air 60%, taburi bekatul di atas tumpukan jerami secara halus dan merata, tumpuk lagi jerami di lapisan atasnya dan perlakukan sama dengan perlakuan sebelumnya. Demikian seterusnya sampai pada ketinggian tumpukan jerami sesuai yang dikehendaki.
Langkah selanjutnya tutup rapat tumpukan jerami tersebut 1-3 hari.
Setelah itu tumpukan jerami yang ditutup, dibuka dan diangin-anginkan sebentar agar DINGIN sebelum diberikan untuk pakan ternak. Simpan di tempat yang teduh (terhindar dari sinar matahari dan air hujan) untuk persediaan pakan ternak sampai dengan berbulan-bulan
biasanya diawal sapi atau ternak tidak suka atau doyan , karena maklum baunya belum familier . agar bau familier bisanya kita lakukan treatmen ambil 1 tutup viterna + 1/2 tutup tangguh probiotik lalu dicangak atau langsung diminumkan keternak. setelah itu biasanya baru mau makan pakan fermentasi yg kita buat.
• Kelebihan proses fermentasi jerami padi dengan PROBIOTIK TANGGUH, hanya memerlukan waktu sehari (1x24jam) sehingga ternak dan peternak tidak REPOT menunggu terlalu LAMA untuk pemberian pakan ternaknya
• Untuk 5 tutup botol PROBIOTIK TANGGUH dan 3 tutup botol VITERNA (dengan pencampuran air 15-35 liter air) dapat digunakan mem-fermentasi jerami kurang lebih 2-3 kwintal,



 
INFO / PEMESANAN PRODUK NASA :
TELP - SMS :085727113112 - 085293334567
WA : +6289650691292

Jumat, 15 Januari 2016

Teknik Budidaya Tanaman Lada

Tanaman lada termasuk jenis tanaman rempah yang banyak dikembangkan di Indonesia. Lada sering juga disebut sebagai “merica” yang mempunyai manfaat sebagai bumbu masakan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, diperlukan teknik budidaya yang tepat. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan produksi lada secara kuantitas, kualitas namun tetap menjaga kelestarian lingkungan(Aspek K-3).
Syarat Pertumbuhan Tanaman Lada

1. Iklim

    Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.
    Cukup sinar matahari (10 jam sehari).
    Suhu udara 200C 34 0C.
    Kelembaban udara 50% 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% 80% RH.
    Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.

2. Media Tanam

    Subur dan kaya bahan organik
    Tidak tergenang atau terlalu kering
    pH tanah 5,5-7,0
    Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol.
    Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
    Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.
    Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.

Teknik Budidaya Tanaman Lada
1. Pembibitan

    Terjamin kemurnian jenis bibitnya
    Berasal dari pohon induk yang sehat
    Bebas dari hama dan penyakit
    Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)

2. Pengolahan Media Tanam

a. Cangkul ke-1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.
b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.

Dosis kapur pertanian :

    Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
    Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
    Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.
    Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha.

c. Cangkul ke-2, haluskan dan ratakan tanah
3. Teknik Penanaman

    Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m). Tetapi juga bisa ditanam dengan tanaman lain.
    Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm.
    Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.
    Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.
    Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas.
    Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur NATURAL GLIO.
    Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur pupuk dasar :
    NPK 20 gram/tanaman
    Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman.
    Segera setelah ditutup, disiram SUPERNASA :
        Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
        Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
    Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 4 bulan sekali.

4. Pemeliharaan Tanaman

4.1. Pengikatan Sulur Panjat
Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan dilipat hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada tiang panjat.

4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

4.3. Perempalan
Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada:
Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit.
Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif
Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.

4.4. Pemupukan Susulan
Penyemprotan POC NASA (4-5 tutup) atau POC NASA (34 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 3 4 minggu sekali.
Pupuk makro diberikan sebagai berikut :
4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.

4.6. Pemberian Mulsa
Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.

4.7. Penggunaan Tajar ( Ajir)
Sebaiknya gunakan tajar mati dari bahan kayu. Pangkal tajar diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m..
5. Hama dan Penyakit

5.1. Hama

a. Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang; penyemprotan PESTONA.

b. Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTONA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada tandan bunga.

c. Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah. Gunakan PESTONA.

5.2. Penyakit

a. Penyakit busuk pangkal batang (BPP)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

b. Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
6. Panen

6.1. Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).

6.2. Cara Panen
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.

6.3. Periode Panen
Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan.